Saya seorang mucikari yang mungkin punya selusin nama samaran (biar aman). Kemudian sekitar jam 9.30, si Brian menghubungiku. Bokeb Apa maksudmu..?”
“Tidak Mas, saya akan tetap membayar Mas. Kemudian, dia kembali menciumiku dengan lembut sambil meremas-remas rambutku. Hermanto betul-betul gugup saat kutanyai, dia terus mengusapkan sapu tangan ke jidatnya setiap 30 detik saat saya menanyaikan masalah permintaannya Aku jadi ikut-ikutan bego’ karena seperti menanyai anak kecil (seperti anak-anak yang baru masuk sekolah). Pernah dia juga menusukkan ujung botol ke dalam anusnya, pernah pula tempat deodoran, pensil, pulpen (waduh, jangan-jangan mikrofon juga), pokoknya apapun yang menyerupai penis. ayolah kawan, kamu sudah siap bukan?” Kataku padanya. Dia berdesah keras sembari melanjutkan ciumannya ke mulutku. “Ohh.. Kenapa batang hidungnya nggak muncul-muncul juga? Saya yang duduk kira-kira berselisih tiga meja dari tempat mereka hanya bisa melihat tindak-tanduk Hermanto yang selalu kikuk dalam setiap situasi. “nggak usah repot, sebentar juga saya mau pulang.”
Tapi tahu-tahunya dia sudah membawa nampan dimana terdapat secangkir kopi yang hangat.




















