Dia menunjuk tepi tempat tidur, di antara pahanya yang terkangkang. Walau
sedikit kesulitan, Kak Tina terus membaca. Bokep Hot Tapi Kak
Tina tak pernah mengajakku membaca bersama lagi. “Iya Kak”. Sulit ya membacanya?”
Memang kami duduk berdampingan, dengan buku dipegang Kak Tina. Aku menahan nafas. Muka dan kepalaku
memanas. Naluriku menyuruhku untuk
menekan punggungku ke dadanya. Aku memandangnya. Mana bisa. Aku memegang celana
pendekku di daerah depan. Saya belum pernah Kak Tina ijinkan membacanya”. Baunyapun beda, seperti bau akasia. Membolak-baliknya. Aku mengintip dari kaca nako. aah, aku semakin deg-degkan. “Dan, kamu tak boleh lagi tidur denganku”, Katanya lagi. Waktu kembali ke kamar, posisi tidur Kak Tina
telah berubah. Kita baca sama-sama”. “Iya. Anak-anaknya
dibawa semua. Tangan Kak Tina yang kanan mencengkeram pahaku. Dapat kulihat
bulu-bulu yang tumbuh lebat di sana. Lalu hidungnya mencium tangannya, aku agak heran. Lalu siapa? Lama kupandangi selangkangan
Kak Tina sampai dia mengubah posisinya. “Aku, Kak.., Aku”, Jawabku. Aku menuju kamar. “Atau…”, Kak Tina memandangku, lalu tersenyum lebar, “Kamu mimpi basah ya, Sapto?”. Malam-malam, kalau Kak Tina tidur, aku




















