Rasa sungkan dan malu yang tadi masih menggelayuti hatiku, kini hilang sudah. Bokep Thailand Ganggu aja.” dia menepis tanganku. Hampir beberapa menit aku berdiri di depannya, menebak-nebak kalau saat ini mungkin sahabatku itu sedang bercinta dengan suaminya. Sepertinya malam ini, aku harus tidur sendirian lagi.“Halo?”Ternyata dari Sita,“Lagi apa, In?” terdengar suara cempreng bocah itu di seberang sana. Meninggalkanku dengan segudang pertanyaan tambahan, kenapa dia pergi setelah pertanyaanku barusan? “ke dukun kek, atau ikutan bayi tabung. Anggap saja bang Irul itu suami kamu.” Sita meremas tanganku. Mungkin lain kali.” dia menghindar.Aku menghela nafas panjang. Satu detik… dua… tiga… empat… bahkan hingga 1 menit berlalu, aku tidak mendengar apa-apa.Ugh!“Maaf, sayang. Kini Sita yang mengulum batang penis suaminya sedangkan aku mencumbu bibir dan dada bang Irul. Tapi anehnya, aku sempat melirik nakal ke arah batang penis laki-laki itu dan menyunggingkan senyum. Malu sekali rasanya. Kukabari lagi besok pagi, bisa apa nggaknya.




















