Aku dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Vidio Porno Bodoh amat. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Ia tidak bercerita apa-apa. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? Ayo..!“Mbak.., pahaku masih sakit nih..!” kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan duduk di tepi dipan.Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ayo. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Ia tersenyum. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Haruskah kujawab sapaan itu? Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang.
