“Non juga kepengen kan? Semakin intens ia mengusap-usapkan wajah dan menciuminya, kulit pahaku terasa semakin hangat. Bokep Tobrut Pak Hendro juga tidak jauh beda, malah kini terlihat semakin cepat dan keras, pinggulnya terus menghentak vagina Eva. “Sekarang saya mau cobain punya Non, boleh yah?” kembali kuanggukkan kepalaku sambil tersenyum lemas. Jujur, aku memang iri pada adegan panas Pak Hendro dan Eva tadi dan ingin juga merasakannya, mungkin itu yang membuatku tak melarikan diri padahal kesempatan ada. Ia melucuti blazerku dan menjatuhkannya di bangku panjang di pinggir ruang itu, kemudian mulai mempreteli kancing kemejaku. Tangannya lalu meraba perutku yang rata dan terus bergeser turun dan menyingkirkan tanganku yang menutupi selangkangan. Gerakan Pak Hendro mulai cepat tak teratur dengan disertai kejang-kejang kecil.




















