Aku memungutnya. Bokeb Pura-pura tidur, sambil menutupi dua kancing dadanya yang sudah terbuka lebar.Sial. Aku membayangkan bentuknya. Aku merasakan bulu-bulu halus di telapak tanganku. Sial.Untung Cikampek tidak macet. Empat kali. AKu mengerti. Hari sudah sore ketika aku tiba di terminal Lebak Bulus. Kami berdua menjadi duduk berdempetan. Matanya yang bulat besar memantulkan kilatan cahaya neon di luar bus.Dia memandang ke bawah tubuhku.“Kasihan ya,…” senyumnya menunjuk ke “adikku”. Ada sesuatu yang mencengkeram. Apalagi oleh suaminya yang hanya duduk 50 cm di seberangnya. Lucunya, setelah itu kami berdua kembali bersender pada tempat duduk kami dengan mata terpejam. Tidak berasa memang. Aku memungutnya. Aku merasakan lipatan vertikal. Aku memilinnya. Sedikit bergelombang. Aku memungutnya. Tanganku sudah berada tepat di atas gundukan itu. Orang-orang sepertinya tidak peduli. ada orang mau ke toilet. Berarti sebentar lagi masuk kota. Soalnya beli tiketnya baru aja tadi.”Aku melihat ibu yang menyapa tadi. Merasakan bentuknya. Dan rasa itu kembali membuatku terangsang. Pelan-pelan kuelus bukit indah itu, dari tepi ke kanan.




















