Tiba-tiba aku mendengar suara dari belakang rumah. Bokep Family Mbak Marissa berdiri di situ, dengan tank-top dan celana pendek favoritnya, yang sekarang jadi favoritku juga.“Hei, ada pintu tembus, rupanya!” celetuknya riang. Bawa aku ke kamarmu segera!” desah Mbak Marissa.Aku tak segera bergerak. Mbak Marisa mengerling dengan senyum semanis brownies itu, dan menghilang di balik pintu.Seminggu kemudian, sore itu mendung mulai menyergap, dan pada malam harinya hujan benar-benar turun menghujam ke bumi. Sebagai lelaki remaja kelas 2 SMA,
perempuan yang kuperkirakan berusia di atas 25 tahun ini merupakan sosok terindah yang pernah kulihat. Kulihat dalam remang ia menggigit ujung bibirnya. Hidung mancung. Aku ingat itu pintu yang menghubungkan rumahku dengan rumah sebelah. Sebagai lelaki remaja kelas 2 SMA,
perempuan yang kuperkirakan berusia di atas 25 tahun ini merupakan sosok terindah yang pernah kulihat. Meluncur saja kalimat itu dari mulutku.“Kalau saya kepingin, bagaimana?” tanyaku.Kutatap matanya penuh-penuh.




















