“Papah, kok gitu sih? “Cepeeet dooong yaang aach Mamaah capeee”, katanya dan akhirnya… “Ooogghh.. Bokep Asia teruuuss Maahh, goyaanng.” Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku mengambil nafas dalam-dalam untuk menahan muncratnya spermaku. “Mamah… Mamah nggak mau kawin dan meninggalkan Papah”, rengeknya manja. Pada suatu sore, Ningsih meneleponku minta diantarkan untuk mengukur gaun pengantinnya di sebuah rumah mode langganannya di kawasan Slipi. oooghh.. Sesekali penisku kutusukan ke dalam vaginanya, Ningsih menggelinjang geli dan melenguh “Paahh… udaahh… Mamahh geli…” matanya terpejam puas. aduuuhh… Maahh, vaginanya enaakk…, punya Papah yaa sayaang….” Ningsih menjawab sambil merintih “Iyaa… sayaangg, semuanya punya Papaahh.” Kusodokkan penisku semakin dalam. Ningsih bilang masa bodoh, yang penting semuanya telah diberikan buat Papah. Aku mengangguk saja sebab aku sangat mencintainya. “Oooggghh… Maahh, Papah enaakkk… ooooggghh… hhzzz… aahzzoogghh. emmggg… addduhh… Paahh aduuhh… Paahh… adduuhh”, Kugenjot terus penisku keluar masuk, vagina Ningsih yang semakin banjir dengan cairan vaginanya, terus kugenjot penisku sampai pegel aku tak peduli.




















