“Aku buang cincinku,” balasnya, “kamu sudah tau kan alasannya” Ucapnya sambil menangis, lalu tertawa. Rini tersenyum, “udah gak papa kok, makasih ya…” balasnya. Bokeb Mulutku yang berada persis di bawah garis rok rini berkata “Rin, kamu kok tadi ada di tempat sampah gitu sih?” Bibirku terasa geli sewaktu bergesekan dengan roknya. Kubuang beha dan celana dalam Rini, kusembunyikan diantara kardus-kardus. Disertai dengan sodokanku, kedua buah dadanya naik-turun, terkesan hampir lepas. “Kamu bisa berdiri?” kataku lagi sambil mencoba berdiri dalam posisi tengkurep.Mata dan hidungku menyentuh celana dalam, pantat dan paha Rini, gesekan-gesekan itu membuat Rini mendesah sambil tertawa dan menangis.Kepalaku akhirnya bisa keluar juga, pantatnya nongol ke atas tapi kepala Rini tepat di atas tanah, berdiri sedikit udah bisa posisi doggy nih, pikirku. Aku terdiam sejenak. Langsung tanpa berpikir apa-apa aku menghantam lagi vaginanya, kali ini ia berteriak sekencang-kencangnya namun aku tak peduli. Tubuhnya ringan sekali, aku memegang bagian belakang kepala Rini, lalu meletakkannya di bahuku, sayangnya kedua tangannya menghalanginya.
