Aq tdk berani menatap wajahnya. Bokep Mama Karena itulah, tdk akan hadir kesempatan ketiga. Masak tdk ada yg bisa dibicarakan. Tdk lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Hidungnya tdk mancung tetapi juga tdk pesek. Penis berdenyut-denyut. Makin lama makin jelas. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Ah segar. Ia kerja di sana? Aq hanya ditinggali handuk kecil hangat. Pintu salon kubuka.“Selamat siang Mas,” kata seorang penjaga salon,
“Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?”
“Massage, boleh.” ujarku sekenanya.Aq dibimbing ke sebuah ruangan. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Tetapi sejak tadi aq tdk melihat wanita yg lehernya berkeringat yg tadi mengerlingkan mata ke arahku. Duduk di tepi dipan. Yes.., akhirnya. Aq memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Langkahku semangat lagi. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Aq hanya main dengan tangan. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yg masih menempel di tubuhku.




















