“Kamu manis sekali, Von.” bisiknya lagi, sambil melepaskan kacamata saya yang minus tujuh. Meski tidak besar, ruangannya tertata rapih dan dipenuhi perabotan kelas menengah, penghangat listrik, seperangkat laptop, juga ponsel (yang pada tahun itu belum begitu populer). Bokep Crot Tangan saya membelai-belai rambutnya yang lurus dan pendek seleher. (Mengetikkan cerita ini saja membuat dua puting susu saya terangsang lagi mengingat rasanya). Ia mengajak saya berjalan kaki melewati jalan-jalan yang saya belum pernah lewati, daerah-daerah lampu merah, daerah kumuh, dan daerah pusat hiburan malam. Namun saya juga sadar, jika saya harus melanjutkan kehidupan saya tanpa Jenny. “Kenapa, Jen?”
“Maaf ya, semalam aku kurang ajar sama kamu.” sambungnya, “Maaf juga soalnya aku biarin temanku tadi masuk.”
“Nggak apa-apa Jen.” jawab saya berusaha maklum, “Semalam itu.. “Von, susu kamu indah sekali.” bisiknya dengan suara setengah merintih.





