“Emang mau?”. Vidio Porno Nanti lecet…”Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku yang keras, ia jilati melingkar, ke kiri, ke kanan, lalu dengan perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin ke dalam mulutnya. Namun hanya seperempat dari panjang kemaluanku saja kulihat yang berhasil terbenam dalam mulutnya.“Ohk!.., aduh Mas Ray, cuma bisa masuk seperempat…”
“Ya udah Diana, udah deh jangan dipaksaain, nanti kamu tersedak.”Kutarik tubuhnya, dan kurebahkan ia di seat Kijangku. Menatapnya. “Iya, demi ____ (nama partai), kami rela begadang semalaman.”
“Hebat.”
“Mas di sini aja, Mas. Tapi photo kita dulu…”Mereka beraksi saat kuarahkan kameraku kepada mereka. Di sana kami terdiam, mendengarkan ombak, begitu istilah Diana tadi. Kami berciuman kembali. Ancol! Lalu kupegang batang kemaluanku, aku arahkan ke lubang kemaluannya. “Biarin Mas, daripada besok dikuasai partai lain?”. Tapi dari tempatku berdiri, aku dapat melihat di dalam mini bus itu ada sepasang remaja berciuman.











