Wajah Rini nampak kesaitan, ia merintih dan hampir berteriak. “Bukan jidatku Rin, tapi burungku!” kataku sambil membuka resleting. Bokep Tante “Kalau diputar lewat bahu, pasti kamu berontak hehe…” balasku, entah tak sadar suaraku diliputi nada tertawa. Disertai dengan sodokanku, kedua buah dadanya naik-turun, terkesan hampir lepas. Ia tak menjawab namun aku tahu jawabannya dari jilatan lidahnya. Rini mengajarkan kami bagaimana cara memanage waktu antara urusan pribadi dengan urusan manggung. “Rin, penisku bengkak lagi nih, boleh kumasukin gak?” kataku dengan nada lantang. Wajah Rini nampak kesaitan, ia merintih dan hampir berteriak. Penisku menonjol keluar, melengkung ke atas. “Aku buang cincinku,” balasnya, “kamu sudah tau kan alasannya” Ucapnya sambil menangis, lalu tertawa. Kami mengobrol cukup lama, Rini duduk di sampingku namun tubuhnya merebah di dadaku.“Kamu gak papa?” tanyaku lagi, memang rada konyol untuk menanyakan hal ini berulang-ulang.




















