“Engga cape , Vi, Kok belom bobok ?” tanyaku membuka percakapan. “Yah, udah malam, Vi. Bokep Colmek Dilain pihak, aku juga menyayangi Evi. Sesekali bibir Tia mengecup keningku dengan hangat dan tangannya membelai lembut setiap helai rambutku. Sebut saja namaku Dewi. Dadaku bergemuruh kencang hingga sulit untuk menelan ludah. Satu jam lebih aku tunggu Tia di Teras bungalow, tp belum nongol-nomgol juga. Hampir setiap hari Tia datang ke kost ku, mulai dari hanya sekedar ngobrol di kamar, jalan-jalan ke mall atau bahkan nongkrong di kafe. Akhirnya aku temukan Evi sedang duduk seorang diri di teras bungalow. Semua terheran-heran melihat Evi langsung membuka pintu dan lari keluar.Bukankah paerjalanan masih jauh? Tiapun tidak mau kehilangan moment, selama perjalanan pulang, Tia mendekap erat tubuhku dan menempelkan dagunya dipundakku sambil sesekali mengkomentari indahnya pemandangan sepanjang perjalanan.Sambil mencuri-curi kesempatan,Bibirnya pun tak henti-hentinya merayu dan menciumi pipiku seolah tidak meghiraukan Evi yang terbakar api cemburu.




















